JAKARTA (CAMEON) – Kantor Pusat Bank Indonesia (BI) memfasilitasi pelatihan wartawan selama dua hari berturut-turut, mulai 20 November – 21 November 2017, di Puri Agung Balliroom Hotel Grand Sahid Jaya Jalan Sudirman, Jakarta.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman menyebutkan, sedikitnya 580 wartawan ekonomi dari 34 Provinsi di Indonesia hadir mengikuti pelatihan pemantapan berbagai program Bank Indonesia.
Materi pelatihan di antarannya pengendalian inflasi daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, perkembangan dan kebijakan sistem pembayaran BI, gerakan Nasional Nontunai (GNNT).
Menurutnya, pelatihan itu merupakan yang kedua kalinya digelar. Sebelumnya dilakukan oleh masing-masing kantor perwakilan BI yang ada di 46 kantor perwakilan Bank Indonesia, termasuk BI cabang Tasikmalaya.
Asisten Gubernur Bank Indonesia Pusat Dyah Hastiti menyebutkan, acara yang kedua kali diadakan itu untuk memberikan pengalaman dan ilmu seputar kebijakan moneter. “Kita harus bersyukur, karena hari ini terjalin kebersamaan dan bertemu dengan para narasumber yang akan sharing ilmu pengetahuan program Bank Indonesia untuk masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Hadir sebagai narasumber, Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Yoga Affandi, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Iskandar Simorangkir, Gubernur Jawa Tengah Ginajar Pranowo, Pengamat Ekonomi Samuel Sekuritas Lana Soelyoningnsih, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara, Pemimpin Redaksi Investor Daily Primus Dorimulu.
Adapun narasumber di hari kedua adalah Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Pungky P Wibowo dan Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara memaparkan perkembangan kondisi ekonomi indonesia terkini. Menurutnya, saat ini inflasi relatif masih aman dan terkendali, sehingga dapat mendukung pencapaian target.
Ia menyebutkan, yang ikut mengendalikan salah satunya sektor pariwisata yang berperan dalam menjaga surplus neraca sistem pembayaran di Indonesia, sehingga kontribusi mencapai USS 13,7 juta.
Sebagai bank sentral dalam kebijakan moneter, ia berharap BI mendapat pengawalan media massa. “Untuk menyampaikan aspirasi masyarakat, media harus menjadi sumber yang dapat dipercaya oleh masyarakat dalam menyampaikan kebijakan baru semua sektor, termasuk dalam kebijakan BI,” pungkasnya. (Edi Mulyana)