News

Inilah Faktor Pendorong Pelaku Menjadi Seorang Psikopat

197
×

Inilah Faktor Pendorong Pelaku Menjadi Seorang Psikopat

Sebarkan artikel ini
Inilah Faktor Pendorong Pelaku Menjadi Seorang Psikopat
foto illustrasi

TASIKMALAYA (CAMEON) – Berbagai kasus kejahatan penganiayaan berat  di Tasikmalaya dalam 3 bulan terakhir ini memang cukup mengkhawatirkan.

Berawal dari kasus pembunuhan disertai penganiayaan yang dilakukan seorang pemuda tanggung terhadap dua siswi SD di tepian sungai Ciloseh di Kec Purbaratu Kota Tasikmalaya, sepekan setelah Idul Fitri yang menyebabkan seorang korban meninggal dunia seorang lagi kritis dengan luka menganga di leher.

Tak lama berselang pada pertengahan bulan Juli di Kec Karangnunggal, Jajaran Kepolisian Resort Kab Tasikmalaya berhasil membekuk seorang pria yang tega melakukan kekerasan terhadap mantan istrinya dengan cara menusuk lehernya hingga sang istri luka serius gara gara enggan untuk rujuk bersama pelaku.

Kali ini, di pesisir pantai Cipatujah seorang janda ditemukan warga dengan mengalami luka parah di leher akibat sabetan golok seorang pria tak dikenal yang masuk rumahnya pada Senin malam (24/07). Korban langsung dibawa ke RSUD Kota Tasikmalaya sementara pelaku berhasil melarikan diri.

Selain meningkatnya kasus kejahatan dengan modus penganiayaan berat ini, para pelakunya cenderung ingin menghabisi para korbannya dengan cara yang keji.

Menurut salah seorang psikolog  Endra Nawawi. MPsi menuturkan bahwa dari berbagai kasus yang ada, perlu pendalaman secara psikologis para pelaku karena menurutnya perilaku kriminalitas seseorang bisa timbul secara spontan maupun direncanakan.

Namun, dalam kasus ini, berbagai macam faktor bisa timbul  saat si pelaku nekat melakukan hal tersebut.

“Pada dasarnya semua aktifitas kriminal dengan melakukan penganiayaan adalah perilaku psikopat, namun perlu pendalaman lebih jauh apa yang menyebabkan mereka melakukan hal ini. Analisa lingkungan keluarga terdekat dan kronologis kejadian bisa menjadi sumber pendalaman psikologi pelaku,” jelasnya.

“Faktor sosial, pendidikan ekonomi juga stabilitas politik bisa memicu seseorang untuk melakukan hal-hal diluar nalar sehat, terlebih di kota santri ini akan menjadi sebuah berita besar jika kejadian ini terekspos media dan harus menjadi perhatian semua pihak,” imbuhnya.

Endra menepis anggapan jika kejahatan penganiayaan dengan modus melukai korbanya dileher adalah trend mode di abad ini. Menurutnya, kejahatan sudah ada sejak anak adam. Habil dan kabil melakukan penganiayan hingga menyebabkan salah satu dari keduanya tewas.

“Kejahatan dengan pola seperti ini sudah ada sejak dulu, tapi abad sekarang kan zaman era transformasi teknologi, semua kejahatan bisa kita lihat dan kita dengar melalui media pemberitaan. Jadi, secara qulitatif dan quantatif kejahatan lebih meningkat di abad sekarang,” pungkasnya.

Sementara itu, ditemui dalam suatu agenda kegiatan pengajian di lembaga pendidikan SD/Mts IT Di kampung Badak Paeh, KH. Zamzam Imanudin, pengasuh Pontren Qoshrul Muhajirin,  mengatakan bahwa dalam syariat agama Islam pembunuhan yang tanpa didasari alasan syar’i adalah dosa besar di hadapan Allah SWT.

“Manusia tidak memiliki hak untuk melakukan pencabutan nyawa karena itu adalah ranahnya malaikat Ijroil atas seizin Allah Subhanahu wata’ala. Jadi kalau dilakukan atas dasar nafsu maka dosa besar hukumnya, kecuali dalam beberapa hal seperti peperangan fisabililah dimana umat Islam memilki hak untuk mempertahankan diri dalam memperjuangakan agama Allah, dan jikalau mati pun jelas mati syahid,” terang KH. Zamzam. (dzm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *