News

Dialog Kemanusiaan Kembali Digelar di Bandung

149
×

Dialog Kemanusiaan Kembali Digelar di Bandung

Sebarkan artikel ini
Dialog Kemanusiaan Kembali Digelar di Bandung
Ilustrasi

BANDUNG (CAMEON) – Dialog Kemanusiaan Istri Gus Dur, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, kembali digelar di Bandung, Rabu (31/5/2017). Agenda rutin tahunan tersebut, diselenggarakan juga di kota lainnya sepanjang bulan puasa.

Pelaksanaan Dialog Kemanusiaan diselenggarakan oleh berbagai organisasi/ lembaga lintas agama. Baik dalam panitia pusat maupun kepanitiaan lokal. Di antaranya, Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Bandung, Jakatarub, Komunitas Peduli HIV-AIDS Sumur Bandung, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kebonjati, GKP (Gereja Kristen Pasundan) Bandung, GKJ (Gereja Kristen Jawa), dan lain sebagainya.

Setidaknya, program tersebut sudah berjalan selama 17 tahun. Dialog pada tahun ini, akan dihadiri 350 orang perwakilan dari masyarakat bawah. Mereka yang miskin, lemah, terpinggirkan dan kaum difabel

Dialog kemanusiaan yang mengangkat tema “Dengan Berpuasa, Kita Genggam Erat Nilai Demokrasi dan Kebhinekaan”, sebagai ajakan refleksi akan persoalan-persoalan saat ini hadapi bersama di masyarakat.

Menurut salah satu panitia Yunita Chen, bersama dengan masyarakat waktunya menata jiwa menata bangsa. Terutama untuk menahan derasnya arus materialisme. Di mana yang menggerus ketulusan dan kejujuran.

“Hal tersebut yang telah membuat hubungan antara manusia menjadi sangat rentan terhadap konflik dan perpecahan,” ucap Yunita kepada CAMEON, Rabu (31/5/2017).

Tujuannya adalah untuk memperkuat tali persaudaraan dan kebersamaan antar umat manusia, melalui kerjasama antar umat beragama. Serta dalam membangun solidaritas kemanusiaan, merawat nilai-nilai kebhinekaan dan hidup berdemokrasi.

Diharapkan kegiatan menjadi bagian dari pendidikan warga tentang pentingnya menguatkan karakter bangsa Indonesia. Terutama masyarakat yang penuh toleransi dan saling menghargai serta menghormati perbedaan.

“Sehingga diharapkan akan ada kerja sama kemanusiaan dan anti kekerasan antar lintas agama dan budaya,” ungkapnya.

Dengan demikian, ibadah puasa dapat dijadikan sebagai media untuk meningkatkan solidaritas dan empati. Dengan tetap, lanjut dia, menjadikan keberagaman untuk membangun kesadaran kemanusiaan dan persaudaraan.

“Nantinya, kegiatan berbuka puasa bersama diisi dengan tanya jawab seputar pergulatan mereka meretas kemiskinan dan persoalan-persoalan real di tengah masyarakat,” ungkapnya.

Pihaknya menambahkan, akan ada tanya jawab seputar ibadah bulan puasa dan menemukan solusi-solusi sederhana. Serta diselingi tampilan kreasi seni dari masyarakat. (Putri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *