BANDUNG BARAT (CAMEON)-Menjamurnya pesantren di Kecamatan Cililin membuat kecamatan tersebut dijadikan sebagai pusat pengembangan dakwah di Bandung Barat. Bahkan, di daerah tersebut ada banyak corak pesantren di Cililin.
Memasuki bulan ramadhan, sejumlah pesantren mulai mengadakan kegiatan. Salah satunya, melestarikan tradisi pasaran. Kegiatan pasaran ini merupakan pesantren yang bercorak salafiyah atau pesantren tradisional.
Biasanya, tradisi tersebut digelar selama 14 hari yang dimulai pada hari ketiga bulan ramadhan. Sedikitnya, akan ada 100 santri atau lebih yang mengikuti pasaran.
Menurut Salah satu santri Pesantren Al-Falah Lutfias Muwahid, kegiatan pengajian pasaran telah menjadi tradisi tahunan santri pesantren bercorak salafiyyah.
“Biasanya kegiatan pasaran ditandai dengan khataman atau mengkaji berbagai kitab klasik hingga tuntas,” ucap Lutfias kepada wartawan, Sabtu (27/5/2017).
“Khusus untuk pesantren di sini, kami akan memulai lusa, Senin (29/5/2017),” imbuhnya.
Selama bulan Ramadhan Pondok Pesantren Al-Falah biasanya mengkaji puluhan kitab hingga khatam. Uniknya, pada pengajian pasaran biasanya terjadi pertukaran santri atau perpindahan santri dari satu pesantren ke pesantren lain.
Mengingat pada bulan Ramadhan biasanya pesantren meliburkan santrinya. Sebagai pengganti kegiatan, diselenggarakan pengajian pasaran selama dua minggu.
“Pada pengajian pasaran biasanya ada pertukaran santri. Biasa ikut pengajian pasaran di Garut. Kadang ikut di Tasikmalaya. Sebaliknya dari luar daerah ada yang ikut pengajian pasaran di Cililin,” paparnya.
Dia mengungkap, peserta pengajian pasaran merupakan gabungan dari santri, alumni pesantren setempat, santri dari berbagai pesantren lain hingga masyarakat luas.
Di tempat yang sama, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Dadin Khoerudin menuturkan, kegiatan pengajian pasaran merupakan ajang pencarian pengalaman dan suasana baru bagi seorang santri dalam mengaji.
“Istilahnya mencari barokah atau keberkahan dengan menyambangi satu pesantren ke pesantren lain,” tegasnya.
“Selain itu, pada santri biasanya mengejar keutamaan bulan Ramadhan,” imbuhnya.
Saat masih berstatus sebagai santri, kenangnya, dia pun kerap mengikuti pengajian pasaran dari satu pesantren ke pesantren lain. Setiap tahun biasanya, dia selalu berganti pesantren yang dijadikan tempat mengikuti pengajian
selama Ramadhan.
Tradisi yang dulu digelutinya tersebut, kini diikuti oleh putra-putrinya yang tengah mondok. Pada saat pesantren tempat mereka menimba ilmu meliburkan aktivitas formalnya, anak-anaknya memilih tidak pulang ke rumah namun tetap mengaji ke pesantren lain dengan mengikuti pasaran.
“Kegiatan pasaran yang pernah saya ikuti setiap Ramadhan, kini diikuti anak-anak saya yang sedang mondok di pesantren,” pungkasnya. (Putri)