JAKARTA, (CAMEON) – Laman berita tempo.co mengaitkan pelempar bom di depan Gereja Oikumene, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dengan Abu Bakar Ba’asyir, terpidana atas tuduhan kasus terorisme.
Dalam berita “Kisah Dalang Bom Samarinda, Mantan Napi & Tinggal di Masjid”, Minggu, 13 November 2016, tempo.co menulis, J, pelaku pelemparan bom di depan gereja itu, merupakan anggota Jemaah Anshorut Tauhid (JAT) yang didirikan Abu Bakar Ba’asyir.
Padahal, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, menyebutkan kalau J tergabung dalam Jemaah Anshorut Daulah (JAD) bentukan Aman Abdurrahman dan Abu Jandal yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Peneliti LIPI, Indriani Kartini, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Februari 2016 lalu, mengatakan, JAT merupakan kelompok yang anti-ISIS. Sedangkan yang memiliki hubungan dengan ISIS adalah JAD.
baca: Pemerhati Terorisme Sudah Prediksi Bakal Ada Aksi Teror
Pelemparan bom di depan Gereja Oikumene itu menyebabkan anak berusia 2,5 tahun, Intan Marbun, meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhirnya saat dirawat di rumah sakit. Selain menderita luka bakar yang parah, paru-parunya pun bengkak, karena terlalu banyak menghirup asap yang ditimbulkan ledakan.
Selain Intan, peristiwa tersebut menyebabkan empat orang lainnya menjadi korban dan beberapa motor rusak parah. Wakil Ketua MUI Pusat, Zainut Tauhid, berbela sungkawa atas kematian Intan. Ia mengutuk pelemparan bom tersebut dan mendesak aparat untuk bergerak cepat menanganinya.
Menurutnya, pelemparan bom tersebut bertentangan dengan ajaran agama dan Pancasila. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk mengganggu ibadah orang lain, apalagi sampai merusak tempat ibadah. (pey)





