TASIKMALAYA (CM) – Guna menjadikan anggota mencintai alam dan memiliki keinginan besar untuk menjaganya, Mapala Belati BSI Tasikmalaya mengadakan kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) angkatan ke-VII.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gunung Cakrabuana, Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya selama empat hari dari tanggal 7-11 Februari 2018. Kegiatan tersebut mengambil tema “Banyu Mega Katumbiri” sesuai dengan tujuan awal kegiatan tersebut.
“Kami ingin para anggota belati, menjadi mahasiswa yang berkualitas dan berprestasi untuk dirinya sendiri maupun untuk kampus.” Kata Sandy Prakas selaku ketua Belati, saat ditemui di lokasi diksar.
Ditengah maraknya isu – isu yang beredar mengenai Diksar Mapala yang identik dengan kekerasan berujung kematian, Belati tidak menjalankan Diksar yang seperti itu. Sandy sendiri tidak ingin isu itu melekat pada pemikiran semua anggota Belati, maka dari itu Diksar untuk angkatan-VII ini menerapkan konsep pendidikan 70% teori dan 30% mental.
Diantara konsep tersebut, ada tiga konsep dasar yang diterapkan, yaitu tabah, teguh dan tangguh, yang artinya Tabah sampai akhir, Teguh dalam pendirian dan Tangguh dalam menghadapi rintangan.
Dengan konsep seperti itu ia berharap agar nantinya para anggota Belati angkatan-VII ini, menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi rintangan dan menjadi regenerasi yang mampu membawa dan mengharumkan nama baik Belati sendiri.
Salah satu kegiatan yang dijalaninya adalah para peserta dikomandokan untuk membuat Bivak (tenda darurat) dari bahan flysheet, bahan semi alami dan bahan alami seperti dedaunan dan ranting.
Selain itu, Diksar kali ini dihadiri oleh beberapa tamu undangan, diantaranya Kang Hendra (Giring) dan Kang Diki (Cager) dari alumni dan dari Mapala Universitas BSI. (Rifqi)
